TRAUMA PADA SALURAN KEMIH
Oleh : Simon Sani Kleden
TRAUMA BLADDER
Definisi
Trauma tumpul atau penetrasi perlukaan pada bladder yang mungkin dapat/tidak dapat menyebabkan ruptur bladder. Trauma bladder sering berhubungan dengan kecelakaan mobil saat sabuk pengaman menekan bladder, khususnya bladder yang penuh.
Etiologi dan faktor resiko
Kandung kencing yang penuh dengan urine dapat mengalami rupture oleh tekanan yang kuat pada perut bagian bawah. Cidera ini umumnya terjadi karena pemakaian sabuk pengaman pada klitis.Manifestasi klinikTrauma bladder selalu menimbulkan nyeri pada abdomen bawah dan hematuria. Jika klien mempunyai riwayat trauma pada abdomen, itu merupakan faktor predisposisi trauma bladder. Klien dapat menunjukkan gejala kesulitan berkemih.Test diagnostik pada trauma bladder meliputi IVP dengan lateral views atau CT scan saat bladder kosong dan penuh, atau csytogram. Jika darah keluar dari meatus, disrupsi uretral mungkin telah terjadi. Pada kasus ini, klien tidak boleh dikateterisasi sampai dilitis.
Manifestasi klinik
Trauma bladder selalu menimbulkan nyeri pada abdomen bawah dan hematuria. Jika klien mempunyai riwayat trauma pada abdomen, itu merupakan faktor predisposisi trauma bladder. Klien dapat menunjukkan gejala kesulitan berkemih.
Test diagnostik pada trauma bladder meliputi IVP dengan lateral views atau CT scan saat bladder kosong dan penuh, atau csytogram. Jika darah keluar dari meatus, disrupsi uretral mungkin telah terjadi. Pada kasus ini, klien tidak boleh dikateterisasi sampai disrupsi tersebut teratasi.
Manajemen medis
Tindakan pertama pada trauma bladder adalah insersi kateter foley atau kateter suprapubik untuk memonitor hematuria dan menjaga agar bladder tetap kosong sampai sembuh. Cidera karena contusio atau perforasi kecil dapat diperbaiki dengan pembedahan.
Manajemen keperawatan
Pengkajian terhadap klien yang dicurigai mengalami trauma bladder merupakan hal yang penting. Perawat harus selalu memonitor urine output klien untuk mengetahui jumlah atau adanya hematuria. Perawat harus mencatat penurunan urine output yang berhubungan dengan intake cairan klien. Insersi kateter harus dilakukan secara hati-hati pada klien yang dicurigai mengalami trauma bladder.
Manajemen keperawatan pada klien bedah
Pada pasien post operative, perawat harus mempertahankan drainase urine untuk mencegah tekanan pada jaritan kandung kemih. Karena klien memakai cateter uretra atau suprapubik maka penting diberikan informasi kepada klien tentang perawatan kateter. Kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan perawatan dirinya harus ditingkatkan sehingga mampu merawat dirinya di rumah. Rujuk untuk perawatan setelah keteter dicabut. Berikan pula informasi mengenai latihan untuk memulihkan fungsi otot-otot kandung kemih.
TRAUMA URETRA
Uretra, sama seperti bladder, dapat mengalami cidera/trauma karena fraktur pelvic. Terjatuh dengan benda membentur selangkangan (stradle injury) dapat menyebabkan contusio dan laserasi pada uretra. Misalnya saat jatuh dari sepeda. Trauma dapat juga terjadi saat intervensi bedah. Luka tusuk dapat pula menyebabkan kerusakan pada uretra.
Kerusakan uretra ini diindikasikan bila pasien tidak mampu berkemih, penurunan pancaran urine, atau adanya darah pada meatus. Karena kerusakan uretra, saat urine melewati uretra, proses berkemih dapat menyebabkan ekstravasasi saluran urine yang menimbulkan pembengkakan pada scrotum atau area inguinal yang mana akan menyebabkan sepsis dan nekrosis. Darah mungkin keluar dari meatus dan mengekstravasasi jaringan sekitarnya sehingga menyebabkan ekimosis. Komplikasi dari trauma uretra adalah terjadinya striktur uretra dan resiko impotent. Impotensi terjadi karena corpora kavernosa penis, pembuluh darah, dan suplay syaraf pada area ini mengalami kerusakan.
Penatalaksanaan trauma uretra meliputi pembedahan dengan pemakaian kateter uretra atau suprapubik sebelum sembuh, atau pemasangan kateter uretra/suprapubik dan membiarkan urethra sembuh sendiri selama 2 – 3 minggu tanpa pembedahan. Selama periode tersebut pasien dimonitor untuk terjadinya infeksi atau ekstravasasi urine.
TRAUMA URETER
Lokasi ureter berada jauh di dalam rongga abdomen dan dilindungi oleh tulang dan otot, sehingga cidera ureter karena trauma tidak umum terjadi. Cidera pada ureter kebanyakan terjadi karena pembedahan. Perforasi dapat terjadi karena insersi intraureteral kateter atau instrumen medis lainnya. Luka tusuk dan tembak juga dapat juga membuat ureter mengalami trauma. Dan meskipun tidak umum, tumbukan atau decelerasi tiba-tiba seperti pada kecelakaan mobil dapat merusak struktur ureter. Tindakan kateterisasi ureter yang menembus dinding ureter atau pemasukan zat asam atau alkali yang terlalu keras dapat juga menimbulkan trauma ureter.
Trauma ini kadang tidak ditemukan sebelum manifestasi klinik muncul. Hematuria dapat terjadi, tapi indikasi umum adalah nyeri pinggang atau manifestasi ekstravasasi urine. Saat urine merembes masuk ke jaringan, nyeri dapat terjadi pada abdomen bagian bawah dan pinggang. Jika ekstravasasi berlanjut, mungkin terjadi sepsis, ileus paralitik, adanya massa intraperitoneal yang dapat diraba, dan adanya urine pada luka terbuka. IVP dan ultrasound diperlukan untuk mendiagnose trauma ureter ini. Pembedahan merupakan tindakan utama untuk memperbaiki kerusakan, mungkin dengan membuat anastomosis. Kadang-kadang prosedur radikal seperti uterostomy cutaneus, transureterotomy, dan reimplantasi mungkin dilakukan.
untuk mendapatkan dokumen yang lebih lengkap silahkan download
Tidak ada komentar:
Posting Komentar