LAPORAN PENDAHULUAN
- A. KONSEP DASAR
- I. Definisi
Struma adalah Pembesaran tiroid menyeluruh atau sebagian (Martin Von Planta, 2002)
Apabila pada pemeriksaan kelenjar tyroid teraba suatu nodul, maka pembesaran ini disebut struma nodosa. (Afiatma Tjokronegoro, dkk, 1996)
Struma nodosa tanpa disertai hipertiroidisme disebut struma nodosa non-toksik. (Afiatma Tjokronegoro, dkk, 1996) dan (Arif Mansjoeri, 1999)
- II. Patofisiologi
- III. Gejala Klinis
Struma nodosa dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal, yaitu :
- a. Berdasarkan jumlah nodul : bila jumlah nodul hanya satu disebut struma nodosa soliter (uninodosa) dan bila lebih dari satu disebut struma multinodosa
- b. Berdasarkan kemampuan menangkap yodium radioaktif : dikenal 3 bentuk nodul tiroid yaitu nodul dingin, hangat, dan panas.
- c. Berdasarkan konsistensinya : nodul lunak, kistik, dan sangat keras.
Pada umumnya pasien struma nodosa datang berobat karena keluhan kosmetik atau ketakutan akan keganasan. Sebagian kecil pasien, khususnya yang dengan struma nodosa besar, mengeluh adanya gejala mekanis, yaitu penekanan pada esofagus atau trakea. Diagnosis ditegakkan atas dasar adanya struma yang bernodul dengan keadaan eutiroid.
- IV. Pemeriksaaan dan Diagnosis
- 1. Pemeriksaan sidik Tiroid
Hasil pemeriksaan dengan radioisotop adalah teraan ukuran, bentuk lokasi, dan yang utama ialah fungsi bagian-bagian tiroid. Pada pemeriksaan ini pasien diberi NaI peroral dan setelah 2 – 4 jam secara fotografik ditentukan konsentrasi yodium radioaktif yang ditangkap oleh tiroid.
Dari hasil sidik tiroid dapat di bedakan 3 bentuk, yaitu :
- a. Nodul dingin bila penangkapan yodium nihil atau kurang dibandingkan sekitarnya. Hal ini menunjukkan fungsi yang rendah
- b. Nodul panas bila penangkapan yodium lebih banyak daripada sekitarnya. Keadaan ini memperlihatkan aktivitas yang berlebih.
- c. Nodul hangat bila penangkapan yodium sama dengan sekitarnya. Ini berarti fungsi nodul sama dengan bagian tiroid yang lain.
Pemeriksaan ini tidak dapat membedakan apakah nodul itu ganas atau jinak.
- 2. Pemeriksaan Fisik
- a. Jumlah nodul : satu (soliter) atau lebih dari satu (multipel)
- b. Konsistensi : lunak, kistik, keras, atau sangat keras
- c. Nyeri pada penekanan : ada atau tidak
- d. Pembesaran kelenjar getah bening di sekitar tiroid : ada atau tidak ada.
- 3. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Dengan pemeriksaan USG dapat dibedakan antara yang padat, cair, dan beberapa bentuk kelainan, tetapi belum dapat membedakan dengan pasti apakah suatu nodul ganas atau jinak. Kelainan – kelainan yang dapat didiagnosis dengan USG ialah :
- a. Kista : kurang lebih bulat, seluruhnya hipoekoik sonolusen, dindingnya tipis.
- b. Adenoma/nodul padat : ISO atau hiperekoik, kadang disertai halo yaitu suatu lingkaran hipoekoik disekilingnya.
- c. Kemungkinan karsinoma : nodul padat, biasanya tanpa halo.
- d. Tiroiditis : hipoekoik, difus meliputi seluruh kalenjer.
Pemeriksaan ini dibandingkan pemeriksaan sidik tiroid lebih menguntungkan karena lebih dapat membedakan antara yang jinak dan ganas.
- 4. Biopsi aspirasi jarum halus
Biopsi ini dilaklukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan. Kerugian pemeriksaan dengan cara ini adalah dapat memberikan hasil negatif palsu karena lokasi lokasi biopsi kurang tepat, teknik biopsi kurang benar, pembuatan preparat yang kurang baik atau positif palsu karena salah interpretasi oleh ahli sitologi.
- 5. Termografi
Termografi adalah metode pemeriksaan berdasarkan pengukuran suhu kulit pada suatu tempat dengan memakai Dynamic Telethermography. Pemeriksaan ini dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan. Hasilnya disebut panas jika perbedaan panas dengan sekitarnya > 0,90 C dan dingin apabila < 0,90 C. pada penelitian Alves dkk, didapatkan bahwa pada yang ganas semua hasilnya panas. Pemeriksaan ini paling sensitif dan spesifik bila dibandingkan dengan pemeriksaan lain.
- 6. Pertanda tumor
Pada pemeriksaan ini yang diukur adalah peninggian tiroglobulin (Tg) serum, kadar Tg serum normal antara 1,3 – 30 ng/ml, pada kelainan jinak rata-rata 323 ng/ml, dan pada keganasan rata-rata 424 ng/ml.
- V. Penatalaksanaan
- 1. Strumektomi
Strumektomi dilakukan pada struma yang besar dan menyebabkan keluhan mekanis, strmektomi juga diindikasikan terhadap kista tiroid yang tidak mengecil setelah dilakukan biopsi aspirasi jarum halus. Nodul panas dengan diameter > 2,5 mm dilakukan operasi karena dikhawatirkan mudah timbul hipertiroidisme.
- 2. L-tiroksin selama 4 – 5 bulan
Preparat ini diberikan apabila terdapat nodul hangat, lalu dilakukan pemeriksaan sidik tiroid ulang. Apablia nodul mengecil maka terapi diteruskan namun apabila tidak mengecil atau bahkan membesar, dilakukan biopsi aspirasi atau operasi.
- 3. Biopsi aspirasi jarum halus
Cara ini dilakukan pada kista tiroid hingga nodul kurang dari 10 mm.
untuk mendapatkan free dokumen silahkan download
Tidak ada komentar:
Posting Komentar