• Breaking News

    iklan

    Jumat, 20 Desember 2013

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN HEPATITIS


    Landasan Teori
    Pengertian
    Hepatitis adalah suatu peradangan pada hati yang terjadi karena toxin, seperti kimia atau obat atau agen penyebab infeksi (Suriadi, Skp dan Rita Yuliani, 2001:131).
    Hepatitis adalah keradangan pada hati yang dapat disebabkan oleh virus, bakteri, parasit, bahan toxin, obat-obatan, atau bahan-bahan lain yan dapat merusak hati (RSUD Dr. Soetomo Surabaya, 1998 : 77)
    Hepatitis adalah radang hati yang disebabkan oleh virus,ada 4 jenis virus : virus A(penyebab hepatitis A),virus B(penyebab hepatitis B),dan serum hepatitis atau yang disebutikterus serum hemologik,virus lain ialah virus non A& non B yang sering pada pasien pasca tranfusi ,virus C,D,dll.9Ngastiyah,1997:191)Kesimpulan 
    Hepatitis adalah suatu keradangan hati yang disebabkan oleh virus. 

    Etioligi
    Hipatitis virus dapat disebabkan oleh :
    Virus hipatotropik
    Virus hepatitis A
    Virus hepatitis B
    Virus hepatitis Non A dan Non B
    Virus hepatitis D/Delta
    Virus hepatitis Epidemik Non A : virus Epstein- Barr, virus sitomegali, virus herpes simplex, virus varisela dan virus adeno.






    Penularan
    -Untuk HepatitisA
    Melalui Fecal-oral route yang tebawa oleh makanan dan minuman,sanitasi buruk,institusi yang ramai seperti rumahperawatan,RSJ,masa inkubasi 15-50 hari.
    -Untuk Hepatitis B
    Secara transmisi vertikal ialah dari ibu ke anak
    Transmisi vertikal dapat terjadi intra uterin,intra partumdan post partum.
    Secara horisontalialah dari anak ke anak.
    Transmisi horisontal dapat terjadi melalui luka yang dibuat (parenteral) misalnya dengan transfusi darah,tindik,menyuntik,khitan jika penggunaan alat-alatnya secara bersama-sama,juga dapat melalui kulit/selaput lendir yang terluka seperti koreng,luka dimulut atau di dubur,masa inkubasi :1,5-6 bulan.
    Patofisiologi
    Virus Hepatitis yang menyerang hati menyebabkan peradangan dan infiltrasi pada hypatocytes oleh sel mononuclear. Proses ini dapat menyebabkan degenerasi dan nekrosis sel parenchyma hati.
    Respon peradangan menyebabkan pembengkakan dan memblokir system drainage hati, sehingga terjadi destruksi pada sel hati. Keadaan ini menjadikan statis empedu (biliary), dan empedu tidak dapat di ekskresikan ke dalam kantong empedu dan bahkan ke dalam usus sehingga meningkat dalam darah sehingga hyperbilirubinemia dalam urine sebagai urobilinogen dan kulit hepatoceluler jaundece. 
    Hepatitis terjadi dari yang asymtomatic sampai dengan timbulnya sakit dengan gejala ringan, sel hati mengalami regenerasi secara komplit dalam 2–3 bulan, lebih gawat bila dengan nekrosis sel hati dan bahkan kematian. Hepatitis dengan sub akut dan kronik dapat permanen dengan terjadinya gangguan pada fungsi hati. Individu yang dengan kronik akan sebagai carrier penyakit dan resiko berkembang menjadi penyakit kronik hati atau kanker hati.





    Komplikasi
    Gangguan fungsi hati  
    Penyakit kronik  hati seperti cirosis atau hepatitis kronik  persisten
    Carsinoma hepatik
    Kematian karena fungsi hati
    Manifestasi Klinik
    Hepatitis A (Inteksiosa)
    Stadium pre ikterus (prodromal) 4 – 7 hari.
    Pada stadium ini gejala masih umum ialah : demam, nyeri kepala, lemah, anoreksia, mual muntah, kadang-kadang di sertai dengan nyeri perut kanan atas atau saluran napas bagian atas. Dapat terjadi obstipasi atau diare. Urine berwarna lebih tua (kuning pekat).
    Stadium ikterus ± 3 – 6 minggu
    Pada stadium ini mulai tampak ikterus pertama-tama pada sclera kemudian menyebar ke seluruh tubuh, bergantung dari imunitas pasien dan virulensi virus. Suhu tubuh mulai turun, hati membesar dan nyeri tekan, faeces kecoklatan.
    Stadium pasca ikterik (rekonfalensesi) ± pada bulan kedua. 
    Umumnya pada anak penyembuhan terjadi sempurna pada akhir bulan kedua (hanya sedikit yang masih menunjukan kelainan fungsi hati). Ikterus berkurang, warna urine dan faeces kembali biasa. 
    Hepatitis B, C, D, dan E
    Awitan tersembunyi dan berbahaya
    Ikterus
    Anoreksia
    Malaise
    Mual
    Akrodermatitis popular (sindroma Gianotti – Croski)
    Gejala prodormol – ortrolgia, ostritis, room eritoma makula popular
    Poliarteritis nodusa
    Glomerulonefritis
    Hepatitis D memperhebat gejala Hepatitis B dan meningkatkan kemungkinan terjadinya kondisi kronik
    Hepatitis C ditandai infeksi asimtomatik ringan dengan awitan ikterus dan malaise yang tersembunyi
    Uji Laboratorium dan Diagnostik
    Serum glutamic-axoloacetic transaminase (SGOT) – meningkat
    Serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT) – meningkat
    Bilirubin – meninggi
    Antibodi IgM (Antibodi virus hepatitis A dan IgM anti hepatitis A) – diagnostik untuk hepatitis A
    Antibodi IgM (antigen inti hepatitis B, IgM, anti-HBs)
    Antibodi IgG (antibodi virus hepatitis A dan antihepatitis) – menunjukkan kerentanan atau pernah terpajan hepatitis A
    Titer HbsAg – diagnostik untuk hepatitis B, jika bertahan lebih dari 6 bulan, menunjukkan hepatitis B kronik yang akut
    Titer anti-HbsAg – diagnostik untuk hepatitis kronik 
    Anti-HBs – adanya zat anti ini menunjukkan pemulihan dan imunitas terhadap hepatitis B
    Anti-Hbe – bila ada menunjukkan titer rendah terhadap hepatitis B dan penularan penyakit yang insufisien
    Anti-HCV (IgG, IgM) – diagnostik untuk hepatitis C, kira-kira dua pertiga orang dengan HCV tidak akan membentuk antibodi selama 5 sampai 12 bulan setelah infeksi.
    Aminotransferase asparat (AST) - meningkat pada hepatitis akut
    Aminotransferase alanin (ALT) – meningkat pada hepatitis akut 
    Penatalaksanaan Medis
    Pengobatan yang dilakukan terutama bersifat dukungan dan mencakup istirahat, hidrasi, dan asupan makanan yang adekuat. Hospitalisasi diindikasikan bila terdapat muntah, dehidrasi, faktor pembekuan abnormal, atau tanda-tanda gagal hati, yang membahayakan (gelisah, perubahan kepribadian, letargi, penurunan tingkat kesadaran, dan perdarahan). Terapi IV, studi laboratorium yang berulangkali, dan pemeriksaan fisik terhadap perkembangan penyakit adalah tujuan utama penatalaksanaan di rumah sakit. 
    Berikut ini adalah obat-obat yang dapta digunakan :
    Globulin imun (Ig) – digunakan sebagai profilaksis sebelum dan sesudah terpajan hepatitis A (diberikan dalam waktu 2 minggu setelah pemajanan)
    HBIG – diberikan sebagai profilaksis setelah pemajanan (tidak divaksinasi : diberikan per IM dan mulai dengan vaksin HB. Divaksinasi : diberikan per IM ditambah dosis booster. Perinatal : 0,5 ml per IM dalam 12 jam setelah kelahiran)
    Vaksin Hepatitis B (Hevtavax B) – digunakan untuk mencegah munculnya hepatitis B (Perinatal : diberikan per IM dalam 12 jam setelah kelahiran, diulangi pada usia 1 dan 6 bulan. Anak-anak yang berusia kurang dari 10 tahun. Tiga dosis IM (paha anterolateral / deltoid), dua dosis pertama diberikan berselang 1 bulan, dan booster diberikan 6 bulan setelah dosis pertama. Anak-anak yang berusia lebih dari 10 tahun. Diberikan tiga dosis ke dalam otot deltoid. Perhatikan bahwa anak yang menjalankan hemodialisis jangka panjang dan anak dengan sindrom Down harus divaksinasi secara rutin karena tingginya resiko memperoleh infeksi Hepatitis B ini).
    Konsep Dasar Askep 
    Biodata / Identitas / Demografi
    Presentasi tersering terjadi pada neonatus 95 % sedang pada anak-anak dan dewasa masing-masing 10 %.
    Keluhan utama
    Kelemahan, kelelahan
    Riwayat penyakit sekarang
    Ibu klien mengatakan klien demam, nafsu makan menurun, perut sebelah kanan teraba tegang dan nyeri perut sebelah kanan di sertai mual, muntah dan kelelahan sehingga mengganggu aktivitas klien.
    Riwayat penyakit dahulu
    Riwayat Pre Natal Adanya satu / lebih faktor predisposisi terjadinya hepatitis yaitu infeksi Rubella, TORCH, Coxackie, Virus, Herpes pda ibu saat hamil 
    Riwayat Natal Persalinan dengan ibu hepatitis.
    Riwayat Post Natal Kurangnya kebersihan oral dan anal pada ibu penderita hepatitis.
    Riwayat penyakit keluarga.
    Kemungkinan ibu klien atau keluarganya menderita hepatitis
    ADL
    Nutrisi : Hilangnya nafsu makan (Anoreksia) penurunan berat badan.
    Eliminasi : Urine lebih tua (Kuning pekat), diare / konstipasi (Feces kecoklatan).
    Aktivitas : Kelemahan, kelelahan, malaise umum.
    Pemeriksaan 
    Pemeriksaan Umum
    Suhu : normal
    Nadi : normal
    TD : menurun
    Pemeriksaan Fisik
    Kepala : Ikterus pada kulit, mukosa, sclera, nyeri kepala.
    Thorax :
    Abdomen : Terdapat nyeri tekan pada kuadran kanan atas, nyeri  epigastrium, kram abdomen, hepatomegali.
    Extremitas : Mengalami kelelahan, kelemahan
    Rectum : Terdapat diare / konstipasi.
    Pemeriksaan Penunjang
    Albumin serum : Menurun
    Darah lengkap : SDM menurun
    SGOT / SGPT : Meningkat
    Alkali fosfatase : Agak meningkat
    Tes fungsi hati : Abnormal
    Faeces : Warna kecoklatan
    Bilirubin serum : Di atas 2,5 mg/100 ml
    Tes eksresi BSP : Kadar darah meningkat
    Urinalisa : Peningkatan kadar bilirubin.
    Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Timbul (Suriadi, Skp dan Rita Yuliana, Skp)
    Intoleransi aktivitas s/d kelemahan, penurunan kekuatan otot
    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh s/d anoreksia, mual, muntah
    Resiko infeksi pada orang lain s/d pertahanan primer tubuh tidak adekuat
    Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan s/d kehilangan berlebihan melalui muntah, diare, perdarahan.
    Resiko injuri s/d hepatitis fulminans
    Kurang pengetahuan s/d perawatan di rumah dan prognosis yang lama.
    Nyeri(akut/Kronis)s/d keletihan,reflek spasme ototskunder akibat hepatitis.
    Intervensi 
    DX . Kep I : Intoleransi aktivitas
    Tujuan : Pasien dapat melakukan aktivitas kembali secara normal
    Criteria hasil : Kemampuan untuk melakukan aktivitas
    Intervensi :
    Tingkatkan tirah baring / duduk
    R/ Meningkatkan istirahat dan ketenangan, menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan. Aktivitas dan posisi duduk tegak di yakini menurunkan aliran darah ke kaki yang mencegah sirkulasi optimal ke sel hati.
    Ubah posisi dengan sering, berikan perawatan kulit yang baik.
    R/ Meningkatkan fungsi pernafasan dan menimbulkan pada area tertentu untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan.
    Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai toleransi.
    R/ Memungkinkan periode tembahan istirahat tanpa gangguan.
    Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, Bantu melakukan latihan rentang gerak sendi pasif / aktif.
    R/ Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan.
    Dorong penggunaan teknik manajemen stress.
    R/ Meningkatkan relaksasi dan penghematan energi.
    Berikan obat sesuai indikasi.
    R/ Membentu dalam manajemen kebutuhan tidur.

    DX. Kep II : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
    Tujuan : Klien dapat menunjukan / mempertahankan BB yang normal
    Kriteria hasil : Adanya minat / selera makan, porsi makan sesuai kebutuhan, BB dipertahankan sesuai usia, BB meningkat sesuai usia
    Intervensi :
    Awasi pemasukan jumlah diit / jumlah kalori. Berikan makan sedikit dalam frekwensi sering dan tawarkan makan pagi paling besar.
    R/ Makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien anoreksia.
    Berikan perawatan mulut sebelum makan.
    R/ Menghilangkan rasa tak enak dan dapat meningkatkan nafsu makan.
    Anjurkan makan pada posisi tegak
    R/ Menurunkan rasa jenuh pada masa abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan.
    Pemberian nutrisi secara parenteral, untuk mempertahankan kebutuhan kalori sesuai program.
    R/ Di butuhkan bila intake nutrisi oral sudah tidak mencukupi.
    Berikan diet rendah lemak tinggi kalori
    R/  Rendah lemak meminimalkan fungsi hatidan tinggi kalori membantu mempercepat penyembuhan.


    DX. Kep III : Resiko terjadinya infeksi pada orang lain
    Tujuan : Mengurangi resiko terjadinya infeksi pada orang lain
    Criteria hasil : Pasien mampu melakukan perubahan pola hidup untuk menghindari infeksi ulang / transmisi ke orang lain.
    Intervensi :
    Lakukan teknik isolasi sesuai dengan kebijakan RS terutama cuci tangan efektif
    R/ Mencegah transmisi penyakit / virus ke orang lain
    Awasi / batasi pengunjung sesuai indikasi.
    R/ Pasien terpajan terhadap proses infeksi potensial resiko komplikasi sekunder.
    Jelaskan prosedur isolasi pada orang tua pasien / orang terdekat
    R/ Pemahaman alas an mengurangi perasaan terisolasi.
    DX. Kep IV    : Kekurangan volume cairan
    Tujuan : Mempertahankan hidrasi adekuat.
    Criteria hasil : Turgor kulit baik, haluaran urine sesuai, tanda vital stabil.
    Intervensi :
    Awasi masukan dan haluaran, bandingkan dengan BB harian. Catat kehilangan melalui usus seperti muntah, diare.
    R/ Memberika informasi tentang kebutuhan penggantian / efek terapi.
    Kaji tanda vital, nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa.
    R/ Indikator volume sirkulasi / perfusi.
    Observasi tanda perdarahan seperti hematuria, melena, perdarahan gusi atau bekas injeksi.
    R/ Kadar protombin dan waktu koagulasi menunjang bila observasi vitamin K terganggu pada traktus G1 dan sentesis protombin menurun karena mempengaruhi hati.
    Dx Kep. V : Nyeri
    Tujuan : Nyeri teratasi
    Kriteria hasil :  -Mengidentifikasi sumber nyeri
    -Mengidentifikasi aktifitas yang meningkatkan dan menurunkan      nyeri
    -Menggambarkan rasa nyaman dari orang lain selama mengalami nyeri
    Intervensi :
    Kaji pengalaman nyeri anak,minta anak menunjukkan area sakit.
    R/Mengidentifikasi letak nyeri
    Jangan mengancam.
    R/  Menurunkan kecemasan anak
    Persiapkan anak untuk proseduryang menimbulkan nyeri.
    R/  Mengurangi ketegangan anak saat dilakukan tindakan.
    Berikan pujian pada anak untuk ketahanan dan memperlihatkan bahwa nyeri telah ditangani dengan baik.
    R/  Memberikan pengalaman yang menyenangkan untuk tibulnya nyeri pada tahap selanjutnya.
    Batasi penggunaan analgesik
    R/  Analgesik memperberat kerja hati
    Pelaksanaan 
    Prinsip-prinsip pelaksanaan rencana asuhan keperawatan pada anak dengan Hepatitis.
    Mempertahankan kebutuhan aktivitas yang cukup
    Atur periode istirahat dan aktivitas
    Kaji tingkat aktivitas anak
    Hindari untuk aktivitas berlebihan
    Jelaskan pentingnya istirahat.
    Mengajarkan orang tua bagaimana mempertahankan status nutrisi yang adekuat.
    Kaji kesukaan makanan anak
    Berikan istirahat yang adekuat.
    Pemberian nutrisi secara parenteral untuk mempertahankan kebutuhan kalori sesuai program.
    Ajarkan pada orang tua bagaimana mencegah penularan infeksi
    Ajarkan tehnik mencuci tangan yang benar.
    Ajarkan tentang kebersihan perseorangan (personal Hygiene)
    Imunisasi bila indikasi potensial ketularan.
    Mempertahankan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh.
    Evaluasi 
    Melaporkan kemampuan peningkatan toleransi aktivitas
    Peningkatan BB dan mempertahankan BB ideal.
    Mempertahankan hidrasi adekuat.
    Menunjukan tehnik / perubahan pola hidup untuk menghindari infeksi ulang.
    DAFTAR PUSTAKA


    Markum, AH (1996) Ilmu Kesehatan Anak, jilid I Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

    Ngastiyah (1997) Perawatan Anak Sakit, EGC. Jakarta.

    Suriadi, SKP & Rita Yuliani, SKP (2001) Asuhan Keperawatan Pada Anak, PT Fajar Inter Pratama, Jakarta

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Fashion

    Beauty

    Travel