• Breaking News

    iklan

    Rabu, 09 Januari 2013

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KANKER SERVIKS


    ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KANKER SERVIKS


    1.     Pengertian
    Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997).
    Ca Serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal sekitarnya.
    Ca Serviks adalah tumor ganas yang menenai lapisan permukaan (epitel) dari serviks uteri dimana sel-sel tersebut mengalami penggandaan.

    2.     Etiologi
    Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain :
    2.1       Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
    Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda
    2.2       Jumlah kehamilan dan partus
    Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.
    2.3       Jumlah perkawinan
    Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.
    2.4       Infeksi virus
    Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks
    2.5       Sosial Ekonomi
    Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan.  Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
    2.6       Hygiene dan sirkumsisi
    Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang pasangannya belum disirkumsisi.  Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.
    2.7       Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
    Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.

             3.     PATOFISIOLOGI



    4.     PENATALAKSANAAN MEDIS
    4.1.                  Operasi.
     Operasi untuk mengambil uterus biasanya dilakukan untuk mengatasi stadium dini dari kanker serviks. Hysterectomy sederhana yaitu dengan membuang jaringan kanker, serviks, dan uterus. Hysterectomy biasanya pilihan hanya jika kanker dalam stadium yang dini – Invasi kurang dari 3 milimeter (mm) ke dalam serviks. Hysterectomy radikal – Membuang serviks, uterus, bagian vagina, dan nodus limfe pada area tersebut – merupakan operasi standar dimana terdapat invasi lebih besar dari 3 mm kedalam serviks dan tidak ada bukti adanya tumor pada dinding pelvis. Hysterectoy dapat mengobati kanker serviks stadium dini dan mencegah kanker kembali lagi, namun membuang uterus membuat pasien tidak mungkin hamil lagi. Efek samping sementara dari hysterectomy termasuk nyeri pelvis, dan kesulitan dalam pencernaan, dan urinasi.
    4.2.                  Radiasi.
    Terapi radiasi menggunakan energi tinggi untuk membentuk sel kanker. Terapi radiasi dapat diberikan secara eksternal atau internally (brachytherapy) dengan menempatkan alat diisi dengan material radioaktif yang akan ditempatkan di serviks. Terapi radiasi sama efektifnya dengan operasi pada kanker serviks stadium dini. Bagi wanita dengan kanker serviks yang lebih berat, radiasi merupakan penatalaksaanaan terbaik. Kedua metode terapi radiasi ini dapat dikombinasi. Terapi radiasi dapat digunakan sendiri, dengan kemoterapi, sebelum operasi untuk mengecilkan tumor atau setelah operasi untuk membunuh sel kanker lainnya yang masih hidup. Efek samping dari radiasi terhadap area pelcis termasuk nyeri lambung, nausea, diare, iritasi kandung kemih, dan penyempitan vagina, dimana akan menyebabkan hubungan seks lebih sulit dilakukan. Wanita premenopausal dapat berhenti menstruasi sebagai akibat dari terapi radiasi.
    4.3.                  Kemoterapi.
    Kemoterapi dengan agen tunggal digunakan untuk menangani pasien dengan metastasis extrapelvis sebagaimana juga digunakan pada tumor rekurren yang sebelum telah ditangani dengan operasi atau radiasi dan bukan merupakan calon exenterasi. Cisplatin telah menjadi agen yang paling banyak diteliti dan telah memperlihatkan respon klinis yang paling konsisten. Walaupun ada beberapa penilitan yang bervariasi, terapi cisplatin agen tunggal memberikan hasil dengan respon sempurna pada 24% kasus, dengan tambahan 16% dari terapi ini memperlihatkan respon parsial. Ifosfamide, agen alkylating yang mirip dengan cyclophosphamide, telah memberikan respon total hingga 29% pada pasien kanker serviks; namun, efektivitas belum dapat dikonfirmasi oleh semua peneliti. Agen lainnya yang memberikan paling tidak aktivitas parsial terjadap kanker serviks termasuk carboplatin, doxorubicin hydrochloride, vinblastine sulfate, vincristine sulfate, 5-fluorouracil, methotrexate sodium, dan hexamethyl melamine. Kombinasi paling aktif yang digunakan untuk mengatasi kanker serviks semuanya mengandung cisplatin. Agen tersebut paling sering digunakan bersama bleomycin, 5-fluorouracil, mitomycin C, methotrexate, cyclophosphamide, dan doxorubicin. Penelitian National Cancer Institute Gynecologic Oncology Group sedang dikerjakan untuk membandingkan kemampuan dari berbagai kombinasi kemoterapi. Efek samping kemoterapi tergantung dari obat yang diberikan namun secara umum dapat menyebabkan diare, lelah, mual, dan rambut rontok. Beberapa obat kemoterapi dapat mengakibatkan infertilitas dan menopause dini pada wanita premenopause.
    4.4.                  Kemoradiasi. Pemakaian kemoradiasi telah diketahui secara luas memberikan harapan hidup lebih tinggi dibandingkan pemberian radiasi saja pada penanganan kanker serviks. Kombinasi antara kemoterapi dan terapi radiasi berdasarkan teori dari pembunuhan sel sinergis – efek terapeutik dari dua modalitas terapi digunakan bersamaan lebih besar dibandingkan jika 2 modalitas tersebut digunakan tidak bersamaan. Bila dikombinasikan dengan radiasi, penggunaan mingguan cisplatin mengurangi resiko progresi selama 2 tahun sebesar 43% ( harapan hidup 2 tahun = 70%) untuk stadium II B sampai stadium IV A. Pada keadaan ini, cisplatin sepertinya bekerja sebagai radiosensitizer, dapat menurunkan kemungkinan dari rekurensi lokal dan lebih mengurangi jumlah kejadian metastasis jauh.

    5.     Klasifikasi pertumbuhan sel kanker serviks
    5.1         Mikroskopis
    5.1.1      Displasia
    Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis. Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermihampir tidak dapat dibedakan  dengan karsinoma insitu.
    5.1.2      Stadium karsinoma insitu
    Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa.  Karsinoma insitu yang tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan endoserviks.
    5.1.3      Stadium karsionoma mikroinvasif.
    Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan pada skrining kanker.
    5.1.4      Stadium karsinoma invasif
    Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan bentuk sel bervariasi.  Petumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri.
    5.1.5      Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks
    5.1.6      Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tumbuh kearah vagina dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan.
    5.1.7      Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri dan parametrium.
    5.1.8      Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambatlaun lesi berubah bentuk menjadi ulkus.
    5.2         Markroskopis
    5.2.1      Stadium preklinis
    Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa
    5.2.2      Stadium permulaan
    Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
    5.2.3      Stadium setengah lanjut
    Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio
    5.2.4      Stadium lanjut
    Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.

    6.     Gejala Klinis
    6.1         Perdarahan
    Sifatnya bisa intermenstruit atau perdarahan kontak, kadang-kadang perdarahan baru terjadi pada stadium selanjutnya. Pada jenis intraservikal perdarahan terjadi lambat.
    6.2         Biasanya menyerupai air, kadang-kadang timbulnya sebeluma ada perdarahan. Pada stadium lebih lanjut perdarahan dan keputihan lebih banyak disertai infeksi sehingga cairan yang keluar berbau.

    7.     Pemeriksaan diagnostik
    7.1.  Sitologi/Pap Smear
    Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat.
    Kelemahan, tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.

    7.2.  Schillentest
    Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikat yodium.  Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.
    7.3.  Koloskopi
    Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan dibesarkan 10-40 kali.
    Keuntungan ; dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk melakukan biopsy.
    Kelemahan ; hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang kelianan pada skuamosa columnar junction dan intra servikal tidak terlihat.
    7.4.     Kolpomikroskopi
    Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali
    7.5.     Biopsi
    Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.
    7.6.     Konisasi
    Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel gepeng dan kelenjarnya.  Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.

    8.     Klasifikasi klinis
    8.1           Stage 0 : Ca.Pre invasive
    8.2           Stage I : Ca. Terbatas pada serviks
    8.3           Stage IA : Disertai inbasi dari stroma yang hanya diketahui secara histopatologis
    8.4           Stage IB : Semua kasus lainnya dari stage I
    8.5           Stage II : Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai kepanggul telah mengenai dinding vagina.  Tapi tidak melebihi dua pertiga bagian proksimal
    8.6           Stage III : Sudah sampai dinding panggula dan sepertiga bagian bawah vagina
    8.7           Stage IIIB : Sudah mengenai organ-organ lain.

    9.     Terapi
    9.1       Irradiasi
    9.1.1      Dapat dipakai untuk semua stadium
    9.1.2      Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
    9.1.3      Tidak menyebabkan kematian seperti operasi.
    7.2.1      Operasi Wentheim dan limfatektomi untuk stadium I dan II
    7.2.2      Operasi Schauta, histerektomi vagina yang radikal
    9.2      Kombinasi
    Irradiasi dan pembedahan
    Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi berikutnya dapat mengalami kesukaran dan sering menyebabkan fistula, disamping itu juga menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran darah.
    9.3      Cytostatika : Bleomycin
    Terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten. 5 % dari karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi, diangap resisten bila 8-10 minggu post terapi keadaan masih tetap sama.



    ASUHAN KEPERAWATAN

    1.   Pengkajian
    1.1         Data dasar
    Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang
    1.1.1      Data pasien
    Identitas pasien, usia, status perkawinan, pekerjaan jumlah anak, agama, alamat jenis kelamin dan pendidikan terakhir.
    1.1.2      Keluhan utama
    Pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan disertai keputihan menyerupai air.
    1.1.3      Riwayat penyakit sekarang
    Biasanya klien pada stsdium awal tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti : perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra servikal.
    1.1.4      Riwayat penyakit sebelumnya
    Data yang perlu dikaji adalah :
    Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas, riwayat ooperasi kandungan, serta adanya tumor. Riwayat keluarga yang menderita kanker.
    1.1.5      Keadaan Psiko-sosial-ekonomi dan budaya:
    Ca. Serviks sering dijumpai pada kelompok sosial ekonomi yang rendah, berkaitan erat dengan kualitas dan kuantitas makanan atau gizi yang dapat mempengaruhi imunitas tubuh, serta tingkat  personal hygiene terutama kebersihan dari saluran urogenital.
    1.2           Data khusus
    1.2.1      Riwayat kebidanan ; paritas, kelainan menstruasi, lama,jumlah dan warna darah, adakah hubungan perdarahan dengan aktifitas, apakah darah keluar setelah koitus, pekerjaan yang dilakukan sekarang
    1.2.2      Pemeriksaan penunjang
    Sitologi dengan cara pemeriksaan Pap Smear, kolposkopi, servikografi, pemeriksaan visual langsung, gineskopi.
    2.   Diagnosa Keperawatan
    2.1           Gangguan perfusi jaringan (anemia) b.d perdarahn intraservikal
    2.2           Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d penurunan nafsu makan
    2.3           Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d proses desakan pada jaringan intra servikal
    2.4           Cemas b.d terdiagnose c.a serviks sekunder akibat kurangnya pengetahuan tentang Ca. Serviks dan pengobatannya.
    2.5           Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b.d perubahan dalam penampilan terhadap pemberian sitostatika.

    untuk dokumen yang lebih lengkap silahkan download


    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Fashion

    Beauty

    Travel